Jika partai ini dapat berpegang teguh pada prinsip moderasi dan inklusivitas, Masyumi Reborn dapat menjadi kekuatan yang memperjuangkan nilai-nilai agama yang mendukung keberagaman dan persatuan, dan pada gilirannya, mengurangi ketegangan politik identitas yang selama ini memecah belah masyarakat Indonesia.
Kesimpulan
Kebangkitan Partai Masyumi Reborn di Indonesia membawa diskursus tentang politik Islam dan identitas kembali ke panggung politik nasional. Masyumi Reborn mencoba menghidupkan kembali cita-cita ideologis yang pernah diusung oleh partai Masyumi pada era awal kemerdekaan, dengan fokus pada politik Islam yang inklusif dan berpihak pada kepentingan umat. Namun, di tengah ketegangan sosial dan politik yang semakin dipengaruhi oleh politik identitas, kebangkitan partai ini harus dilihat secara kritis dalam konteks tantangan dan peluang yang ada. Politik identitas, yang semakin menguat dalam beberapa tahun terakhir, telah memecah masyarakat Indonesia berdasarkan perbedaan agama, suku, ras, dan golongan.
Fenomena ini berisiko memperburuk polarisasi sosial yang sudah cukup tajam. Dalam situasi seperti ini, partai-partai berbasis agama, termasuk Masyumi Reborn, memiliki potensi untuk menjadi kekuatan yang mendorong umat Islam untuk bersatu. Namun, di sisi lain, ada potensi bahwa mereka akan terjebak dalam politik identitas yang eksklusif, yang hanya mengutamakan kepentingan satu kelompok dan menciptakan jarak dengan kelompok lain.
Kebangkitan Masyumi Reborn membawa semangat untuk kembali memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam politik, tetapi dengan syarat bahwa perjuangan tersebut tidak hanya berfokus pada mobilisasi identitas agama. Sebagai partai politik, Masyumi Reborn harus mampu membedakan dirinya dari partai-partai Islam lainnya dengan mengedepankan politik yang moderat, inklusif, dan tidak memecah belah masyarakat. Mengambil inspirasi dari sejarah
Masyumi yang lebih terbuka pada pluralisme dan kesatuan nasional, partai ini memiliki potensi untuk memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan yang disebabkan oleh politik identitas. Namun, tantangan terbesar yang dihadapi oleh Masyumi Reborn adalah bagaimana mereka dapat menghindari perangkap politik identitas yang sempit.