Bangkitnya Partai Masyumi “Reborn”: Perjuangan Ideologi atau Kepentingan Politik Pragmatis?

Wildan Mutaqin Presiden Mahasiswa BEM UMJ

Pada akhirnya, motivasi di balik kebangkitan Masyumi Reborn berada di antara ambisi ideologis dan kepentingan politik pragmatis. Di satu sisi, ada keinginan untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan Islam yang inklusif dan berkeadilan. Namun di sisi lain, pragmatisme politik tampak jelas dalam strategi mereka menggunakan nama besar Masyumi untuk menarik perhatian publik. Masa depan Masyumi Reborn sangat bergantung pada sejauh mana partai ini mampu menyeimbangkan antara ideologi dan pragmatisme, serta bagaimana mereka menjawab tantangan sosial-politik yang dihadapi Indonesia saat ini.

Untuk memastikan keberhasilan, Masyumi Reborn harus mampu membangun koalisi yang luas di antara umat Islam dan menawarkan agenda yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Jika tidak, mereka berisiko menjadi partai kecil yang hanya dikenal karena nama besar sejarahnya tanpa memberikan dampak nyata bagi bangsa. Dalam politik, keberlanjutan dan relevansi adalah kunci, dan Masyumi Reborn harus membuktikan bahwa mereka tidak hanya menjadi pengingat masa lalu, tetapi juga bagian penting dari masa depan Indonesia.

Partai Masyumi Reborn dalam Isu Politik Identitas?

Partai Masyumi Reborn, yang didirikan pada 7 November 2020, merupakan sebuah upaya untuk menghidupkan kembali ideologi politik Islam yang pernah berjaya di Indonesia pada era 1940-an dan 1950-an. Di tengah dinamika politik Indonesia yang semakin terpolarisasi, kebangkitan Masyumi Reborn tentu tidak lepas dari konteks politik identitas yang semakin mendominasi di ruang publik.

Politik identitas, yang mengedepankan perbedaan berdasarkan agama, suku, ras, dan golongan (SARA), telah menjadi alat penting dalam menarik dukungan politik, khususnya dalam kalangan umat Islam. Oleh karena itu, Partai Masyumi Reborn dihadapkan pada tantangan besar untuk menentukan posisinya dalam menghadapi isu politik identitas yang semakin tajam.

Bacaan Lainnya

Masyumi, yang pertama kali didirikan pada 1945, dikenal sebagai partai yang memperjuangkan politik Islam dan cita-cita negara yang berdasarkan nilai- nilai agama. Pada masa itu, Masyumi mampu menggalang kekuatan politik yang signifikan, bahkan menjadi salah satu partai besar yang memiliki pengaruh di kalangan umat Islam. Namun, setelah pembubarannya pada 1960 oleh Presiden Sukarno, partai ini tidak pernah kembali lagi ke panggung politik Indonesia, meskipun ada upaya-upaya untuk menghidupkannya kembali.

Pos terkait