KEPULAUAN SERIBU — Proyek pembangunan struktur pemecah ombak (breakwater) di wilayah pesisir Kepulauan Seribu kembali menuai perhatian. DPC Partai Gerindra Kepulauan Seribu mengimbau agar proyek tersebut ditinjau ulang dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem laut dan kebutuhan prioritas masyarakat.
Ketua DPC Gerindra Kepulauan Seribu, Muhammad Rodin, mengatakan bahwa sejumlah pelaksanaan proyek di lapangan perlu dievaluasi lebih lanjut karena berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan, terutama pada terumbu karang di garis pantai.
“Prinsipnya kami mendukung pembangunan, tetapi jika pelaksanaannya justru merusak habitat laut dan tidak memberi dampak nyata bagi masyarakat, tentu harus dikaji ulang,” ungkap Rodin, Sabtu (10/5/2025).
Rodin menambahkan bahwa beberapa temuan di lapangan menunjukkan proses teknis proyek dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek ekologi secara menyeluruh. Hal ini, menurutnya, bisa mengganggu keberlangsungan biota laut.
“Bukan hanya soal estetika pantai, tapi ini menyangkut keberlanjutan ekosistem yang menjadi sumber kehidupan masyarakat pesisir,” ujarnya.
Lebih jauh, Rodin menilai bahwa anggaran proyek yang cukup besar sebaiknya difokuskan untuk hal yang lebih mendesak, seperti peningkatan akses air bersih, pengembangan wisata lokal, serta rehabilitasi lingkungan berbasis partisipasi masyarakat.
Ia juga mendorong pendekatan pembangunan yang lebih ramah lingkungan, seperti penanaman mangrove dan pemulihan kawasan terumbu karang, sejalan dengan komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon.
“Kita punya peluang besar menjadikan Kepulauan Seribu sebagai wilayah contoh pembangunan berkelanjutan. Tapi itu hanya bisa terjadi kalau pembangunan berjalan selaras dengan perlindungan lingkungan,” tegasnya.