Inklusivitas Seni: Rumah Ombak Kreasi Sukses Gelar Pameran Kolaboratif di Bekasi

JAKARTA-Rumah Ombak Kreasi (ROK), sebuah ruang kreatif berbasis komunitas yang dipimpin oleh Widyanto Gunawan, telah sukses menyelenggarakan pameran hasil Lokakarya Minggu Kreasi di Mega Bekasi Hypermall dari tanggal 6 hingga 9 Juli 2025 lalu.

Pameran yang bertema “Pemberdayaan Inklusif Sebagai Pendorong Pertumbuhan Minat Kesenian” ini merupakan puncak dari sebuah inisiatif yang luar biasa.

Berhasil menyatukan beragam individu dan kelompok dalam sebuah perayaan seni yang inklusif.

Pameran ini menampilkan karya-karya kolaboratif yang dihasilkan dari lokakarya intensif yang berlangsung sejak Januari hingga Juli 2025.

Lokakarya ini melibatkan partisipasi aktif dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat umum, penyandang disabilitas, pelajar, warga lokal, dan komunitas seni di Bekasi.

Bacaan Lainnya

Beberapa komunitas dan institusi yang berpartisipasi secara aktif antara lain PKK Duren Jaya, Sentra Rehabilitasi Pangudi Luhur Bekasi, Sanggar Tari Kardinal, dan Sanggar Musik Putra Budaya.

Dukungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bekasi juga turut berperan penting dalam kesuksesan acara ini.

Karya-karya yang dipamerkan merupakan hasil dari eksplorasi berbagai bentuk seni, mulai dari seni rupa (mural, melukis dengan media pastel dan akrilik, batik dengan teknik gutta tamarind dan tie dye, ecoprint, clay art, stensil).

Kemudian musik (khususnya perkusi dari bahan daur ulang), tari, dan pertunjukan wayang.

Keragaman teknik dan media ini mencerminkan komitmen ROK terhadap inklusivitas dan aksesibilitas dalam seni.

Selain pameran utama, acara ini juga dimeriahkan oleh workshop Clay Art dan demonstrasi melukis cat air, yang memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk berpartisipasi secara langsung.

Perspektif yang Beragam

Widyanto Gunawan, Ketua ROK, menekankan bahwa pameran ini bukan sekadar pameran karya seni, melainkan sebuah proses penyatuan perspektif yang beragam.

“Kami percaya bahwa inklusivitas adalah denyut nadi seni itu sendiri,” ujarnya.

ROK berkomitmen untuk menciptakan ruang yang aman, terbuka, dan setara bagi setiap individu untuk berekspresi, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, atau kondisi mereka.

Pameran ini juga didukung oleh Program Layanan Produksi Kegiatan Kebudayaan Dana Indonesiana 2024, khususnya Program Pemberdayaan Ruang Publik yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Departemen Keuangan.

Program ini bertujuan untuk mendukung pemajuan, pelestarian, dan pengembangan seni budaya nasional secara inklusif dan berkelanjutan.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, ROK juga menyelenggarakan lomba melukis tingkat SD, SMP, dan SMA se-Jabodetabek.

Selain itu, sebuah talk show bertema “Kesenian, Inklusivitas, dan Dampak Positifnya Dalam Lingkungan” turut digelar, menghadirkan narasumber dari Disparbud Kota Bekasi, Maja Yusirwan (Sekdisparbud Kota Bekasi), Ian Wongkar (edukator dan pelukis), Valiant Octo Karaba, S.AB (Direktur PT Psikologi Sukses Mulia & Branch Manager STIFIN Genetic), dan dimoderatori oleh Lesh Dewika (perupa dan penulis).

Kehadiran para narasumber ini memperkaya diskusi seputar peran seni dalam membangun masyarakat yang inklusif.

Pameran Hasil Lokakarya Minggu Kreasi menampilkan galeri interaktif karya kolaboratif dari para peserta lokakarya, pemenang lomba melukis, dan berbagai elemen pendukung lainnya.

Pertunjukan wayang kontemporer, tari, dan musik recycle turut memeriahkan acara ini. Lesh Dewika, yang juga turut berpartisipasi sebagai perupa dan penulis, menyoroti bahwa pameran ini menjadi bukti nyata bahwa seni adalah ruang tanpa batas, yang mampu mengakomodasi semua kalangan tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau kondisi fisik. Bagi ROK, inklusivitas dalam seni berarti kesetaraan dan akses yang sama bagi semua.

Pameran ini menjadi sebuah tonggak penting dalam upaya membangun ekosistem seni yang lebih adil, setara, dan representatif di Bekasi.

Penulis :Lesh Dewika,

Adalah seorang seniman serba bisa dan penulis produktif, telah mengasah bakat menulis, menggambar, dan melukis sejak usia dini. Prestasi akademiknya gemilang, ditandai dengan kemenangan beruntun dalam berbagai Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTM) tingkat nasional semasa menjadi mahasiswi Sastra Inggris di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Karier kepenulisannya dimulai kembali pada 2017 dengan buku non-fiksi pertamanya, “Kreatif Menggambar & Menulis Cerita Pendek.” Ia kemudian menerbitkan novel perdananya, “Benang Merah” (2020), disusul “Labirin Ungu” (2021), keduanya termasuk dalam Trilogi Warna Rasa. Karya terbarunya adalah kumpulan cerpen “SENYUM” (2022). Selain itu, Lesh juga aktif sebagai salah satu pendiri Komunitas Ngulik Literasi.

Tidak hanya berkarya di bidang sastra, Lesh juga memiliki portofolio yang luas sebagai editor dan layouter lepas. Ia telah mengedit buku “The Secret of Flight Attendant” (2018) dan “Derap Langkah Sang Generasi” (2019). Sebagai perupa, Lesh telah mengikuti berbagai pameran nasional dan internasional sejak 2015.

Saat ini, ia menjabat sebagai Art & Creative Director di VIBE Center Indonesia, sebuah konsultan untuk desain proyek pengembangan sosial dan literasi yang berpusat di Lombok, NTB. Di tengah kesibukannya sebagai pengajar Bahasa Inggris dan seni, Lesh terus berkarya dan sedang mempersiapkan novel ketiganya.(Lasman)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *