Keamanan dan Kesehatan Makanan Jadi Kunci Sukses Program MBG

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, pada Talkshow bersama media yang digelar di Antara Heritage Center

JAKARTA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan sejak Januari 2025 terus menunjukkan dampak sangat positif bagi peningkatan kualitas gizi anak bangsa. Program yang berfokus pada penyediaan makanan yang aman, sehat, dan bergizi seimbang tersebut, hingga kini telah dinikmati lebih dari 36 juta anak dari 82,9 juta anak yang menjadi sasaran.

“Itu artinya lebih dari 40 persen anak telah menikmati program MBG yang merupakaan program unggulan Bapak Presiden Prabowo,” kata Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, pada Talkshow bersama media yang digelar di Antara Heritage Center, Kamis (23/10/2025).

Diakui Nanik, selama pelaksanaan memang masih ada kendala-kendala teknis, utamanya soal keracunan makanan. Namun pihaknya berjanji akan terus melakukan perbaikan termasuk kualitas dapur (SPPG) MBG.

Nanik menegaskan persoalan keamanan makanan MBG ini menjadi perhatian khusus Presiden Prabowo. Ini antara lain dibuktikan dengan terbitnya Peraturan Presiden tentang Tata Kelola MBG yang segera diterbitkan sebagai acuan nasional. “Keamanan pangan adalah fondasi dalam pelaksanaan MBG dan kami memastikan standar itu berlaku di seluruh SPPG,” kata Nanik.

Ia menjelaskan bahwa operasional SPPG diatur dalam tiga giliran kerja untuk menjamin mutu sejak proses memasak hingga pendistribusian makanan. “Semua alur sudah standar, mulai dari makanan keluar dari dapur hingga diterima dalam keadaan layak dan siap konsumsi,” tambahnya.

Bacaan Lainnya

Dari sisi penelitian pangan, Satriyo Krido Wahono dari BRIN menyoroti pentingnya pengaturan suhu bahan baku dan proses masak dalam skala besar. “Edukasi dan pengawasan suhu rantai produksi adalah kunci memastikan makanan tetap aman,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa konsistensi pelatihan di lapangan berpengaruh langsung pada kualitas pangan MBG. “Semakin baik kapasitas pengolahnya, semakin terjaga mutu gizi yang diterima anak-anak,” kata Satriyo.

Sementara itu, Prof. Tjandra Yoga Aditama dari Universitas YARSI menilai bahwa MBG punya dampak multidimensi yang nyata. “Program ini bukan hanya soal makan siang, tetapi investasi besar untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak dan kualitas generasi,” ucapnya.

Ia mengingatkan pentingnya literasi konsumsi agar makanan yang diterima tidak terlambat dikonsumsi. “Makanan bergizi harus dimakan tepat waktu supaya manfaatnya tidak berkurang,” kata Prof. Tjandra.

Senada dengan itu praktisi dapur, Handry Wahyu Sumanto dari Indonesian Chef Association menegaskan pentingnya kebersihan area pengolahan makanan. “Standar dapur harus dijaga ketat karena keamanan pangan dimulai dari higienitas ruang dan peralatan,” ujarnya.

Handry juga mendorong penerapan metode keamanan pangan modern secara bertahap. “Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), Hazard Analysis and Critical Control (HACCP), dan sertifikasi halal akan membuat mutu pangan MBG semakin terjaga dan terpercaya,” tambahnya.

Dengan regulasi yang mengikat, peningkatan kapasitas pelaksana di lapangan, dan sinergi berbagai pemangku kepentingan, program MBG diharapkan semakin solid. Seluruh pihak optimistis bahwa upaya ini akan melahirkan generasi Indonesia yang sehat, kuat, dan cerdas.

 

Pos terkait