Kementerian PU Lanjutkan Pembangunan Bendungan Karangnongko, Penopang Swasembada Pangan dan Air di Bojonegoro-Blora

JAKARTA-Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berkomitmen menyelesaikan pembangunan bendungan yang telah masuk tahap konstruksi (on going) guna mendukung Visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam mencapai swasembada pangan, energi, dan ketahanan air nasional.

Pada Tahun Anggaran 2025, salah satu fokus pemerintah adalah melanjutkan pembangunan Bendungan Karangnongko di Desa Ngelo dan Desa Mendenrejo yang berada di perbatasan Kabupaten Bojonegoro dan Blora.

Menteri PU Dody Hanggodo menyampaikan bahwa pengelolaan air dari bendungan tidak hanya soal tampungan, tetapi juga menyangkut pengelolaan terhadap ketersediaan air sepanjang tahun, terutama bagi daerah irigasi. Air merupakan elemen penting dalam menjamin keberlanjutan produksi pangan nasional.

“Dengan selesainya pembangunan fisik bendungan, fokus selanjutnya adalah percepatan pengembangan jaringan irigasi teknis. Ini penting untuk mendukung produktivitas pertanian dan meningkatkan jumlah masa panen bagi petani,” ujar Menteri Dody.

Bendungan Karangnongko menjadi salah satu upaya penguatan infrastruktur sumber daya air sebagai bagian strategi PU608 dalam mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% pada tahun 2029.

Bacaan Lainnya

Konstruksi Bendungan Karangnongko mulai dikerjakan sejak 2023 oleh Balai Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, melalui dua paket pekerjaan dengan nilai kontrak sebesar Rp1,26 triliun dengan target selesai 2026.

Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 59,1 juta m³ dirancang untuk mengairi Daerah Irigasi (DI) seluas 63.774 Hektare (Ha) melalui Daerah Irigasi (DI) Karangnongko Kiri (Kabupaten Blora) seluas 1.746 Ha dengan debit 2,85 m3/detik. Serta DI Karangnongko Kanan (Kabupaten Bojonegoro) seluas 5.203 Ha dengan debit 7,90 m3/detik.

Bendungan ini juga diproyeksikan dapat menyuplai air di kawasan Solo Valley Werken (jaringan irigasi) dan pengendali banjir sejak zaman pemerintah Hindia Belanda yang membentang dari Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Surabaya) seluas 62.000 Ha. Sistem irigasi teknis yang dirancang akan memanfaatkan aliran Sungai Bengawan Solo untuk memastikan suplai air yang optimal, sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam dan hasil panen tiap tahun.

Dengan luas genangan 1.026,55 Ha, Bendungan Karangnongko juga dirancang dapat memberi manfaat untuk menambah cadangan tampungan air dalam rangka menjamin keberlanjutan suplai air baku sebesar 1.150 liter/detik untuk Kabupaten Bojonegoro, Ngawi, Blora, dan Tuban. Suplai air baku dari Bendungan Karangnongko diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan air minum bagi 270.305 jiwa.

Bendungan Karangnongko juga memiliki fungsi sebagai pengendali banjir Sungai Bengawan Solo dengan mereduksi debit banjir sekitar 760 Ha. Keberadaan Bendungan ini akan membantu mengoptimalkan pengendalian banjir, khususnya di wilayah hilir Kabupaten Lamongan yang selama ini mengandalkan Bendung Gerak Bojonegoro, Bendung Gerak Babat, dan Bendung Gerak Sembayat.

Kepala BBWS Bengawan Solo Gatut Bayuadji mengatakan Bendungan Karangnongko juga memiliki potensi-potensi lain yang dapat dikembangkan untuk mendukung swasembada energi sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan berkapasitas 1 Mega Watt.

“Nantinya juga berpotensi sebagai destinasi wisata berbasis air dan kuliner yang sejalan dengan pengembangan kawasan berbasis ekonomi lokal Kabupaten Bojonegoro maupun Blora,” kata Gatut. (*/Las)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *