Para Ajudan Presiden Korea Selatan Ajukan Pengunduran Diri Massal

Ketua Majelis Nasional Korea Selatan Woo Won-shik mengetuk palu untuk memulai sidang pleno pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol di Seoul, Sabtu (14/12/2024)

SEOUL – Para ajudan Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan Yoon Suk Yeol mengajukan pengunduran diri secara massal pada Rabu (1/1/2025).

Sebagaiman diberitakan Reuters, para ajudan Presiden Yoon itu antara lain kepala staf presiden, kepala kebijakan, penasihat keamanan nasional, dan penasihat khusus untuk urusan luar negeri dan keamanan, serta semua sekretaris senior lainnya.
Demikian dikatakan kantor pemerintahan Yoon dalam sebuah pernyataan tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Para ajudan tersebut telah berulang kali menyatakan niat mereka untuk mengundurkan diri setelah upaya Yoon yang gagal untuk mengumumkan darurat militer pada 3 Desember 2024.

Tetapi pengunduran diri mereka belum diterima, kata seorang pejabat presiden, yang enggan disebutkan namanya.

Pejabat tersebut mengatakan, para sekretaris senior telah membantu Presiden sementara Choi Sang-mok sejak ia menjabat sebagai presiden sementara Korea Selatan.

Bacaan Lainnya

Dua pejabat lainnya mengatakan para ajudan tersebut tidak berpartisipasi dalam operasi pemerintahan sehari-hari, tetapi diharuskan melapor kepada Choi dan menghadiri rapat bila perlu.
Tawaran terbaru para ajudan tersebut datang sehari setelah persetujuan mengejutkan Choi untuk mengisi dua lowongan di Mahkamah Konstitusi yang menangani persidangan pemakzulan terhadap Yoon.

Hal itu membuat jumlah total hakim menjadi delapan dari sembilan anggota pengadilan. Setiap keputusan dalam kasus Yoon akan memerlukan persetujuan dari sedikitnya enam hakim.
Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa di Yoon mengkritik keputusan Choi sebagai “dogmatis” dan kurang konsultasi yang memadai.

Sebelumnya, Choi menjabat sebagai Menteri Keuangan, namun ia harus memangku jabatan sebagai penjabat presiden pada Jumat.

Yakni setelah pemakzulan Perdana Menteri Han Duck-soo, yang telah menjabat sebagai penjabat presiden sejak 14 Desember ketika Yoon diskors dari kekuasaannya.

Yoon menghadapi penyelidikan atas tuduhan bahwa ia memimpin pemberontakan, dan pengadilan distrik Seoul pada Selasa memberikan persetujuan untuk penangkapannya, yang pertama bagi seorang presiden yang sedang menjabat. (*)

Pos terkait