JAKARTA – Prefecture Mie Japan mengundang para pekerja bidang medis terutama perawat kesehatan dan caregiver asal Indonesia untuk bekerja di provinsi tersebut. Dengan populasi penduduk lebih dari 30 persen merupakan lansia, saat ini Prefecture Mie sangat membutuhkan tenaga caregiver dalam jumlah besar.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Prefecture Mie, Ichimi Katsuyuki pada Seminar Internasional SDM Caregiver di Indonesia yang digelar Poltekkes Jakarta 3, Selasa (6/5/2025).
“Kami memastikan bahwa caregiver bukanlah asisten rumah tangga. Ini adalah sebuah profesi yang menjanjikan dengan gaji yang besar karena didukung oleh pemerintah Jepang,” kata Ichimi.
Diakui populasi penduduk yang terus menurun dan meningkatnya jumlah lansia di Jepang membuat kebutuhan caregiver terus meningkat. Karena itu, Jepang berharap tenaga kerja Indonesia yang memiliki sertifikat NERS/caregiver mempertimbangkan untuk bekerja di Jepang.
Prefecture Mie sendiri merupakan salah satu provinsi di Jepang yang telah menjadi salah satu tujuan bagi para caregiver asal Indonesia. Jumlah pekerja asal Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat secara signifikan. Data tahun 2019, jumlah pekerja asal Indonesia di Prefecture Mie tercatat 1.237 orang. Lalu pada tahun 2024 meningkat 272 persen dengan total jumlah 3.365 orang.
Jumlah residen Indonesia di Mie pun mengalami peningkatan. Tahun 2023 tercatat 2.530 orang, meningkat menjadi 3.365 orang pada 2024 dan meningkat menjadi 4.323 orang pada awal 2025 ini.
Mie lanjut Ichimi memiliki alam yang indah dengan dukungan 4 musim. Mie juga memiliki 2 masjid dan pusat makanan halal, sehingga memudahkan orang Indonesia untuk menjalankan ibadahnya sebagai seorang muslim. “Mie terkenal dengan seafoodnya yang tentu halal,” tegasnya.
Ia berharap ke depan, akan semakin banyak tenaga kerja Indonesia baik sebagai caregiver, perawat kesehatan, pekerja di bidang infrastruktur dan lainnya yang mau bekerja di Prefecture Mie.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Kesehatan Kerja Kemenkes dr Yuli Farianti mengatakan Jepang menjadi salah satu negara yang paling banyak dituju oleh tenaga kesehatan Indonesia. Sejak 2019 hingga 2024 tercatat 863 tenaga perawat Indonesia bekerja di Jepang.
“Tahun ini kita akan tingkatkan minimal 300 orang per tahun untuk bisa bekerja di Jepang,” katanya.
Menurutnya pengalaman alumni dan diaspora menjadi salah satu factor yang mendorong perawat kesehatan Indonesia mau bekerja di Jepang. “Kita datangkan mereka yang pernah bekerja di Jepang, para alumni, supaya memberikan inspirasi pada adek-adek Angkatan. Sebab terus terang banyak anak-anak kita yang takut bekerja di luar negeri,” lanjutnya.
Untuk memudahkan para pekerja beradaptasi selama di Jepang, pihaknya saat ini terus memperbaiki kurikulum dan penguasaan bahasa. “Kalau kompetensi kami yakin hampir setara, tetapi seringkali bahasa menjadi kendala dan kita akan fasilitasi bagi mereka yang berminat bekerja di Jepang,” tegasnya.
Direktur Poltekkes Jakarta 3, Dr Siti Badriah mengatakan Jepang menjadi salah satu jembatan untuk meraih masa depan bagi tenaga keperaawatan Indonesia. Dengan alam yang indah, dan tingkat keamanan yang baik, Jepang bisa menjadi pilihan bagi mereka yang ingin bekerja di luar negeri.
“Kami mendorong alumni dan mahasiswa Poltekkes Jakarta 3 untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin,” tandasnya.