Sehingga muncullah apa yang disebut ‘language games’ (tata permainan bahasa) atau konteks bahasa. Artinya, bahasa terkonteks dengan masyarakat penggunanya.
Dalam konteks itu ada nilai dan aturannya sendiri yg membedakannya dengan konteks-konteks lain.
Itulah mengapa misalnya, ada konteks bahasa gaul, ada konteks bahasa teroris, atau konteks kehidupan tertentu lainnya yang bisa menimbulkan salah pengertian yang terkategori pidana.
Dalam perkembangannya, aliran Filsafat bahasa berkembang ke mana-mana (kecuali di Indonesia) dan kemudian mengilhami aliran pemikiran yang kemudian, seperti poststrukturalis, postmodern, dekonstruksi, dan seterusnya.
Sementara menyinggung tentanh masalah sosial-politik mungkin tidak menarik minat lagi oleh para penyair dewasa ini, karena memang tidak berminat.
“Tidak seperti zaman Orla, atau bahkan zaman Orba, ketika memang banyak peristiwa sos-pol yang mengilhami para penyair.Jad ini cuma masalah pilihan pada tema,” pungkasnya.(Las)