Puisi ‘Kidung Malam Hari’ Karya Pulo Lasman Simanjuntak dari Lembaran Sastra ke Harmoni Okestra

JAKARTA-Puisi ‘Kidung Malam Hari’ karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak kali ini diangkat dari lembaran Sastra  ke Harmoni Okestra.

Dalam lembaran sastra disampaikan dengan format tematik, gaya bahasa, struktur, makna, dan pengaruh.

Sedangkan dalam harmoni okestra dijadikan sebuah musikalisasi puisi lengkap dengan komposisi, struktur lagu, aransemen, serta referensi.

Baik untuk jenis musik klasik kontemporer maupun musik okestra Indonesia.
Berikut juga perangkat lunak baik notasi angka maupun notasi balok .

Puisi “Kidung Malam Hari” karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak tidak hanya sekedar rangkaian kata indah, tetapi menjadi sebuah karya sastra kontemporer yang sarat makna.

Bacaan Lainnya

Dengan tema kesepian, kehilangan harapan, dan pergulatan emosional, puisi ini kini dihidupkan kembali dalam bentuk musikalisasi puisi berbalut orkestra. Perpaduan sastra dan musik ini memberikan pengalaman artistik yang baru dan menyentuh.

Puisi ini mengangkat perasaan mendalam manusia ketika menghadapi kesepian dan keputusasaan.

Simbol-simbol seperti kidung-kidung terluka/ tanpa rebana/hingga matahari terbenam/dalam dingin /menggambarkan suasana batin yang sunyi dan rapuh.

Penyair yang juga dikenal sebagai wartawan dan rohaniawan ini menggunakan metafora, personifikasi, dan simbolisme yang kuat untuk menyampaikan pesan universal tentang pencarian makna hidup di tengah gelapnya perjalanan.

Melalui gaya bahasa yang liris dan struktur yang bebas, puisi ini menciptakan imaji yang tajam. Episode kalimat seperti bernyanyilah/ untukku/ sayang / hari-hari sendiri lagi/ malam selalu menjelma/ jadi hujan kekelaman/ menyuarakan kerinduan akan kedamaian di tengah badai kehidupan.

Kini, Puisi “Kidung Malam Hari” diadaptasi menjadi komposisi musik orkestra yang megah.

Dengan iringan instrumen klasik seperti biola, cello, piano, flute, dan timpani, lagu ini dirancang untuk membawa pendengar ke dalam suasana yang merenungkan, namun penuh kedalaman emosional.

Dengan demikian Puisi “Kidung Malam Hari” merupakan contoh puisi kontemporer yang menggabungkan unsur-unsur sebagai berikut ;

Tema
1. Kesepian dan isolasi.
2. Kekerasan dan amarah.
3. Kehilangan harapan.
4. Pencarian makna hidup.

Gaya Bahasa
1. Metafora: “kidung-kidung terluka tanpa rebana” (kesepian yang mendalam).
2. Personifikasi: “matahari terbenam dalam dingin” (kehilangan harapan).
3. Simbolisme: “katarak amarah” (kebencian yang membutakan).
4. Imaji: “cuaca kering”, “matahari terbenam” (kesunyian dan kekosongan).

Struktur
1. Tidak terikat rima atau meter.
2. Penggunaan enjambmen dan caesura.
3. Kalimat pendek dan efektif.

Makna
1. Puisi ini menggambarkan perasaan kesepian dan kehilangan harapan.
2. Mengkritik kekerasan dan amarah yang menghancurkan.
3. Mencari makna hidup di tengah kekosongan.

Pengaruh
1. Puisi ini mencerminkan pengalaman pribadi penyair.
2. Menginspirasi pembaca untuk merefleksikan kehidupan.
3. Menjadi bagian dari khazanah sastra Indonesia kontemporer.

Mencuatkan Sunyi Yang Reflektif

Sementara itu Prof.Dr.Wahyu Wibowo , Dosen Mata Kuliah Bahasa Filsafat di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (UNAS-Jakarta,) ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (10/1/2025) memberikan komentar bahwa puisi “Kidung Malam Hari” merupakan puisi Pulo Lasman Simanjuntak yang –sekali lagi — mencuatkan sunyi yang reflektif.

“Sunyi yang membangkitkan rasa puitik yang langut, sebagaimana dimunculkan dalam diksi “kidung” (puisi yg dinyanyikan) khusus untuk “malam hari” (bukan siang),” ucapnya.

Jadilah Pulo Lasman Simanjuntak berkidung sepi tanpa rebana. Pilu. Walaupun, tetap reflektif terhadap kontras kehidupannya yang bagai matahari “yang dingin”…

“Imaji kontras semacam itu yang agaknya menjadi ciri puisi Pulo Lasman Simanjuntak yang atau sulit dipahami, namun mudah untuk dirasakan. Seperti tiupan angin, terasa tapi tak terlihat,” katanya lagi.

Langkah sepi reflektif itulah yang kiranya hendak dijadikan garis tebal kepenyairannya se bagaimana tampak pada bait puisinya malam selalu menjelma/ jadi hujan kekelaman/.

Komposisi dan Struktur Lagu

Untuk komposisi dan struktur lagu puisi “Kidung Malam Hari” sebagai berikut ;

1. Intro: Melodi lembut biola dan piano menciptakan suasana awal yang kontemplatif.

2. Verse: Vokal menyampaikan lirik puisi dengan harmoni dari instrumen gesek.

3. Klimaks: Tanduk dan perkusi mempertegas intensitas emosi, melambangkan konflik batin.

4. Outro: Penutup dengan nada sendu, menguatkan pesan kesendirian dan refleksi.

Aransemen musik ini menggunakan tempo Largo (72 BPM) dengan kunci C minor, memperkuat nuansa melankolis. Teknik legato, permainan dinamis, dan perpaduan instrumen klasik menjadikan musik ini tak hanya enak didengar, tetapi juga menggugah perasaan.

Proses aransemen lagu ini didukung oleh perangkat lunak musik pertukaran seperti Finale, Sibelius, hingga DAW seperti Logic Pro. Penggunaan plugin orkestra seperti Vienna Symphonic Library dan EastWest Hollywood Strings memberikan kualitas suara orkestra yang kaya dan mendalam.

Dalam puisi “Kidung Malam Hari” menjadi bukti bahwa karya sastra dapat melampaui batas medium dan merangkul seni lainnya.

Pos terkait