PuisiPuisi Awal Tahun 2025
Pulo Lasman Simanjuntak
RUMAH DUKA, SAJAKKU MENGALIRKAN GENANGAN AIR MATA
rumah duka
di sini
sajakku
mengalirkan
genangan air mata
sepi terkunci rapi
di sudut ruangan
bunga mawar putih
berbaris tegak
semerbak
bau kematian
jasadnya perkasa
terbaring dingin
wangi peti mati
diawetkan
untuk satu abad
tanpa suara koor gereja
terjebak
pada kesaksian
memanjang
kadang menjemukan
ia lelaki pekerja keras, katamu
punya karakter bipolar
menggenapi
perkawinan ganjil
masa lalunya
membentur
ribuan cerita
keluh kesah
persungutan padang pasir
untuk dikremasi
kemana gerangan khotbah pandita, tanyamu lagi
ditebar sejak sianghari
menyanyikan penghiburan
bertubi-tubi
sampai menembus
tubuh penyakitan
sudah dibakar iman
yang tak bertumbuh dan berakar
konon kata penyanyi berjanggut putih;
ia mati semalam
kurang air garam
kurang asupan vitamin
kurang suntikan protein
oi, rumah duka
di sini
sajakku
mengalirkan
genangan air mata
agar kami semua
para pelayat
ingat giliran siapa
turun perlahan (pasti!)
ke dunia orang mati
sunyi abadi
terasing
sampai kami dibangkitkan
menjemput Tuhan
kekal di awan
Rumah Duka RS.Fatmawati
Jakarta Selatan, Sabtu malam 28 Desember 2024
MENUJU KUBURAN TANPA KEMATIAN
menuju kuburan
pinggir jalan
tanpa kematian
hanya gelisah
berputar pada otak belakang
amarahku
mengeluarkan darah
di atas ranjang
terdengar suara
para dewa kejijikan
bertengkar keras
ataukah tanpa membawa
pisau belati
sejak pagihari
perkawinan ini
hanya persungutan
sekian tahun
jadi sunyi menahun
ayo, kita bergegas
berangkat tancap gas
berdiri di atas tanah merah
mengangkat matahari
lembut sekali
sehingga kita mengerti
maut dan karakter diri
dapat diselesaikan
dengan rukun persaudaraan
terpisah antar benua
terbang mengerikan
sakit dan penderitaan
diselesaikan
dengan mata uang
TPU Tanah Kusir, Jakarta, Rabu, 1 Januari 2025
PENYAIR BERJALAN TANPA KAKI KIRI
penyair berjalan tanpa kaki kiri
menuju poli
dindingnya saraf-saraf hati
atapnya terkelupas jadi gunung kapur
usia sering kabur
sejak pagi tadi
di lantai pesakitan
kita mau berdansa
sebab matahari terbit
sudah ditebar satu setengah bulan
siapa mencari luka jatidiri
penyair berjalan tanpa kaki kiri
sia-sia baca puisi
saat terapi
akan berakhir di ranjang operasi
lalu dengan nyanyian amarah
dibakarnya ruang radiasi
rumah sakit dengan diagnosa mengerikan
pedih
perih
kita harus melarikan diri, pesanmu
meninggalkan semua catatan medis ini
antara kecerdasan dan kedegilan
penyair harus terus berjalan tanpa kaki kiri
Jakarta, Selasa 5 November 2024
SAJAKKU TERKAPAR DI TELAPAK KAKI KIRI
1//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
sejak kudaki tubuh laut kian tua
tanpa ombak
tanpa ikan berterbangan
di dermaga sudut kota
lalu mendarat di seberang pulau
diasingkan
di atas mercusuar
tegak berdiri
dengan kidung bebatuan hitam
ditulis ribuan tahun
jadi keterasingan diri
menyatu dengan syair-syair
milik pujangga muncul dari bawah semenanjung tanah melayu
2//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
di atas bebukitan dingin membeku
nyaris ditiup angin musim kemarau
digelar kemah pembantaian darah domba
tanpa suara
usai ibadah dengan doa syafaat
bercampur dengan asap dapur
kenikmatan hari perhentian
gempa bumi di negeri sendiri
diselesaikan dengan baca
sepenggal kitab suci
nyanyian harmonika tua
dari sepasang tubuh lelaki
yang lahir dari rahim permukiman hewan-hewan liar
mabuk tiap dinihari
3//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
membawa satu tekad
kesembuhan abadi
masa mendatang
tanpa pengharapan
hanya iman
karang tegar
tersembunyi
dalam roh hati
Jakarta, Jumat 8 Nov 024
DIAGNOSIS
bermula
sehamparan lantai beton
disuntik kuman
dingin
ia tertidur nyenyak
tak sadar
tubuhnya
dimakan lahap
sangat ganas
bertahun-tahun sudah
menikmati
harta kekayaan
disebar
dengan tangan kemalasan
kini ia terbaring lemah
tenggorokannya lumpuh
paru-parunya berdarah
disedot kesunyian
mencair
dalam slang infus biru
dipanggilnya keluarga inti
menghadap seribu malaikat
berjubah hijau lumut
dipaparkan gejala
tanda klinis
dosanya tersumbat
di jantung
amarahnya bersembunyi
di ginjal
ia sendirian lari ke padang gurun
sangat ketakutan
sudah terbayang hari esok
mimpinya harus kembali turun
ke area pemakaman
tak ada lagi
suguhan makanan dan minuman
vegetarian
Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022
SANTET
mulut lelaki tidur itu
datang diam-diam
dari seberang pulau tikus
selalu tawarkan tipuan
malam mengerikan
di kuburan samping hunian
tubuhnya dari pohon karet
kadang mengeluarkan darah segar
rajin bercumbu
dengan binatang primata
tidur tanpa mantera
sekarang nyawanya
sedang sakit keras
sekeras persungutannya
ditusuk bertubi-tubi jarum tajam
para dukun
jampi-jampi kematian
tak mempan lagi
oleh suntikan kesepian
di atas ranjangnya
bersatu dengan akar bumi
ia bahkan suka bersetubuh
dengan ribuan kutuk busuk
membusuk
sampai dinihari menari-nari
seperti memanggil para arwah
suara senyap
dewa-dewa bermeterai liar