PLS: Puisi seperti apa yang memicu Ananda Sukarlan menjadikannya musik?
AS : Sebetulnya saya tidak menjadikannya musik. Puisi itu sendiri sudah menjadi musik di kepala saya, nah ada yang lumayan jelas, ada yang agak buram. Apapun bentuknya, tugas saya sebagai komponis adalah mendengarkannya dengan sangat fokus dan menguraikan detailnya: harmoni, ritme, struktur dan kemudian melodi yang dibentuk dari teks puisinya. Biasanya metafora yang kuat juga menghasilkan bunyi yang jelas, berkisar dari “langit yang meluas bening siap menerima cahaya pertama”-nya Sapardi Djoko Damono yang sangat abstrak, atau “pada akhirnya / kutikam pertarungan / berulangkali / tanpa belati tajam” dari Meditasi Batu karya anda yang sebetulnya juga sebuah metafora tapi sangat gamblang.
PLS: Seberapa sulit atau mudahnya menerjemahkan puisi ke musik?
AS : Sebetulnya puisi itu lukisan, tapi tidak dapat dilukis oleh cat dan kanvas. Coba gimana melukis “amarah manusia lama / meledak / dari lautan /paling dalam” pada puisi “Meditasi Batu”? Nah musik- lah yang bisa melukiskannya. Ada yang lebih sulit, ada yang mudah sekali, sekali baca langsung bunyi.
PLS : Kini dunia sastra menjadi sangat terintegrasi ke dunia musik klasik Indonesia melalui tembang puitik anda. Kebalikannya, dunia sastra pun mulai melek musik klasik. Apa saja resep kesuksesan ini?
AS : Tentu saja kita sangat bahagia dengan menjamurnya generasi muda vokalis klasik, motor utama fenomena ini. Dan ini tidak lepas dari kompetisi Ananda Sukarlan Award (ASA), yang tadinya didirikan oleh Pia Alisjahbana [pendiri Femina Group – red] untuk piano. Setelah Yayasan kami ( Yayasan Musik Sastra Indonesia ) mengambil alih, kita adakan untuk semua instrumen termasuk vokal klasik. Sebetulnya ASA yang sekarang juga menggabungkan kompetisi Tembang Puitik Ananda Sukarlan yang dicetuskan oleh Amadeus Enterprise pimpinan Patrisna May Widuri di Surabaya sejak 2011. Sekarang semua di bawah satu payung. Vokalis yang menetas dari sini misalnya Mariska Setiawan, Isyana Sarasvati, Pepita Salim, Shelomita Amory, Alice Cahya Putri, Kadek Ari Ananda Putra, Nikodemus Lukas (yang lebih dikenal dengan Nick Lucas di dunia pop) dan masih banyak lagi.
Tapi kemudian saya mendirikan kompetisi saya sendiri, yang justru tidak menggunakan nama saya: Kompetisi Piano Nusantara Plus ( KPN+ ). Kata “plus” di sini menandakan bahwa ini bukan hanya untuk piano tapi untuk semua instrumen, termasuk vokal. Nah kategori tembang puitik ini menjadi favorit ke-dua di sini setelah piano, sama halnya juga di ASA. Tapi karena KPN+ ditujukan untuk pemusik yang lebih muda, syarat dan ketentuannya lebih ringan sehingga menarik lebih banyak peserta. Tahun lalu saja ada 477 peserta, dan kami bermitra di 8 kota. Tahun ini lebih banyak kota lagi yang berminat ikutan, termasuk kota-kota yang belum “tersentuh” oleh musik klasik. Tahun lalu, pemenang kategori Tembang Puitik KPN+ antara lain soprano Ratnaganadi Paramita yang juga seorang neuroscientist lulusan Amerika, Fae Bernice Robin yang juga penyandang gelar Puteri Anak Indonesia Pendidikan 2023 dari Palembang yang juga pemenang termuda kami, serta bariton Wirawan Cuanda yang meraih Master dalam Vokal dari University of York, Inggris.
PLS: Apa saja kota-kota itu dan bagaimana prosedur serta jadwalnya?
AS : Jadi para pemenang dari setiap kota itu berhak masuk grand final di Jakarta yang akan diadakan tanggal 13 & 14 Desember 2025. Jadwalnya yang sudah fix untuk babak semi final adalah : Padang 2-3 Agustus (sebagai bagian dari perayaan Ulang Tahun kota Padang ke-356), Medan 30-31 Agustus, Bandung 7 September, Bekasi 27-28 Sept, Tangerang 5 Oktober, Bandar Lampung 19 Okt, Palembang 1 November, Surabaya 23 Nov, Jogjakarta 29 Nov dan terakhir Jakarta 7 Desember.
Dan kami masih sedang dalam tahap mengkonfirmasi jadwal dengan beberapa kota lain, bahkan masih membuka kesempatan untuk para mitra regional yang baru untuk bergabung.
Sedangkan Ananda Sukarlan Award sudah berjalan, finalnya nanti di Jakarta 12 & 13 Juli. Bedanya, untuk babak semi final ASA itu para peserta harus merekam video dan mengunggahnya di Youtube. Jadi mereka bisa saja merekamnya di rumah, dan kalau tidak puas, ya rekam ulang lagi saja! Lengkapnya silakan lihat di anandasukarlanaward.com saja deh.(Las)