Serangan Hama Tikus Dapat Pengaruhi Produktivitas Tanaman Pangan , Karena Merusak Semua Stadia Tumbuh Padi

JAKARTA– Hama tikus merupakan salah satu ancaman serius bagi swasembada pangan di Indonesia. Lalu, apa dampak hama tikus terhadap penurunan produktivitas pertanian.

“Serangan OPT khususnya hama tikus dapat mempengaruhi produktivitas tanaman pangan. Hama tikus merusak semua stadia tumbuh padi, sejak pesemaian hingga panen (pra-panen).Bahkan dalam gudang penyimpanan (pasca-panen),” jawab Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI, Dr.Rachmat, S.SI,M.SI, dalam wawancara khusus dengan harianterbit.news   melalui pertanyaan secara tertulis di Jakarta, Senin (24/2/2024) .

Oleh karena itu, pengendalian terhadap hama tikus harus selalu dilakukan, karena selama ada pertanaman padi maka hama tikus akan selalu menjadi ancaman dan dapat mempengaruhi produktivitas padi.

Menurutnya, pengendalian hama tikus dengan pendekatan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) didasarkan atas pemahaman dinamika populasi dan menggunakan komponen teknologi pengendalian yang sesuai.

“Teknologi pengendalian tikus dapat dilakukan antara lain secara tanam serempak, sanitasi habitat, gropyokan massal, pembuatan rumah burung hantu, fumigasi, dan penggunaan rodentisida,” jelasnya.

Bacaan Lainnya

Dikatakan lagi, pengendalian hama tikus akan efektif jika dilakukan secara serentak dan bersama-sama dalam satu hamparan pertanaman dan rutin dilakukan.

Karena jika dilakukan secara parsial, walaupun pada awalnya dapat menurunkan populasi, tetapi dalam jangka panjang kurang menguntungkan karena akan terjadi kompensasi populasi.

“Pengendalian hama tikus dilakukan secara dini, intensif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu,” katanya lagi.

Menjawab pertanyaan di kawasan atau area pertanian persawahan, daerah mana saja-berdasarkan survey- masih paling banyak gangguan hama tikus ini?

“Serangan hama tikus dominan terjadi di provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan.Keberadaan hama tikus mengganggu dari segi ekonomi akan terjadi apabila serangannya tidak terkendali yang mengakibatkan produktivitas menurun,” ucapnya.

Sehingga menyebabkan hasil produk berkurang dari yang seharusnya. Kerusakan tanaman padi yang parah terjadi apabila tikus menyerang stadia generatif padi (padi bunting hingga panen) karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru.

Oleh karena itu strategi pengendalian hama tikus akan efektif jika dilakukan secara bersama-sama dalam hamparan luas dan kontinyu.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Dr.Rachmat, S.SI, M.SI, mengingatkan beberapa faktor penyebab kurang berhasilnya pengendalian tikus oleh petani antara lain:

1) masih kurangnya monitoring terhadap keberadaan hama tikus oleh petani, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam tindakan pengendalian.

2) kurangnya pemahaman petani terhadap berbagai aspek sifat-sifat biologis hama tikus dan teknologi pengendaliannya.

3) kegiatan pengendalian belum terorganisir dengan baik dan kebanyakan melakukan pengendalian individual, serta tidak berkelanjutan.

4) ketersediaan sarana pengendalian masih terbatas.

Ditanya lebih jauh serangan hama tikus atau hama lainnya terhadap pencapaian swasembada pangan secara nasional bila hal ini tak segera diatasi?

Dijawabnya bahwa gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan tantangan dalam program swasembada pangan.

Jika populasi OPT meningkat berlebihan/eksplosi maka serangannya menimbulkan kerugian yang signifikan. Untuk mendukung pencapaian swasembada pangan, maka tindakan pengelolaan OPT harus dilakukan pada setiap tahapan budidaya tanaman.

“Hal ini bertujuan untuk mengkondisikan agar populasi OPT tidak meningkat. Jika ada peningkatan populasi OPT dan dikhawatirkan menimbulkan kerusakan yang merugikan maka segera dilakukan tindakan pengendalian,” pungkasnya. (Lasman)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *