Oleh : Wawan Hamzah Arfan
Akhir-akhir ini, hampir semua orang, khususnya Generasi Z atau yang populer disebut Gen Z, merupakan generasi yang lahir setelah milenial di antara tahun 1997 hingga 2012.
Mereka sudah tidak asing lagi dengan kecerdasan buatan yang bernama Artificial intelligence (AI).AI adalah sistem komputer yang sangat cerdas, yang dapat meniru manusia dalam beberapa hal, sehingga dikatakan sebagai kecerdasan buatan.
Kehadiran AI tidak lepas dari pro dan kontra tentunya, tergantung sudut pandang dan dampak bagi kehidupan sosial pada umumnya.
Memang kita tidak bisa memungkiri, bahwa dampak AI sangat berpengaruh sekali, baik negatif maupun positif.
Tidaklah berlebihan jika sebagian besar masyarakat menilai negatif, bahwa kehadiran AI sangat merugikan.
Misalnya saja, bisa bikin bangkrut industri musik, industri perfilman, dan industri seni lainnya, karena AI bisa menirukan semua yang dibuat manusia.
Ada yang mengatakan kehadiran AI merupakan pembodohan manusia, karena tak perlu banyak berpikir, dengan AI semua bisa dikerjakan.
Bahkan yang paling mengerikan, dengan adanya AI kita bisa terjebak adu domba, fitnah, dan menanamkan kebencian yang dalam.
Seperti yang bisa kita lihat akhir-akhir ini, segala macam informasi di media sosial sebagian besar hoax. Itu semua hasil rekayasa AI yang seolah-olah nyata, jika kita tak jeli dalam menyikapinya.
Terlepas dari itu semua, dalam kesempatan ini saya akan memberikan gambaran, bahwa kehadiran AI bisa dikatakan positif. Seperti yang saya lakukan akhir-akhir ini dengan memanfaatkan AI, yaitu mengubah puisi menjadi sebuah lagu.
Mengubah Puisi Jadi Lagu
Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan dengan mengubah puisi menjadi lagu, sebagai alasan.
Pertama, puisi adalah sebuah karya sastra yang banyak ditulis. Bahkan saat ini banyak orang dengan mudah mencetak buku puisi dengan modal sendiri. Pertanyaannya, masih banyakkah orang yang membaca puisi?
Menurut pengamatan saya, saat ini sangat sedikit orang yang mau meluangkan waktu untuk membaca puisi. Malah sangat banyak antologi puisi karya bersama dicetak, tapi apakah penyair yang bersangkutan membaca semua isi buku puisi? Jangan-jangan yang dibaca hanya puisi sendiri.
Kedua, dengan hadirnya “Puisi dalam Lagu”, setidaknya saya telah memberikan apresiasi terhadap puisi. Dalam hal ini, sebelum puisi menjadi lagu, tentu saya akan membaca puisi karya penyair terlebih dahulu, bahkan berulang kali membaca, untuk menentukan jenis lagu apa yang pas dengan puisi itu.
Karena tidak semua puisi bisa menjadi lagu yang asyik didengar. Bahkan ada yang tak asyik didengar.
Di sinilah saya perlu waktu ekstra, seperti kesabaran, kejelian, dan yang paling penting adalah telaten dalam hal rutinitas seputar itu ke itu.
Selain itu, saya ingin mensosialisasikan puisi lewat lagu. Artinya, orang yang malas membaca puisi, mungkin bisa menikmati puisi yang sudah dikemas menjadi lagu.
Ketiga, sebagai bentuk dokumentasi saya, seperti yang pernah saya lakukan antara tahun 1980-an hingga 2000-an pada saat media cetak (koran & majalah) masih diperhitungkan, saya mengkliping semua karya sastra, baik puisi maupun cerpen.
Termasuk kritik sastra, esai dan artikel tentang sastra, dan seni pada umumnya. Adapun kliping yang saya buat mencapai puluhan ribu karya.
Kemungkinan besar, kliping sastra yang saya buat sebagai dokumentasi pribadi, merupakan kliping terbanyak yang dibuat secara pribadi (bukan lembaga).
Kini, semua kliping sastra itu sudah saya serahkan semua kepada Rg Bagus Warsono selaku Kurator Lumbung Puisi untuk bisa dijadikan bahan acuan tentang sastra ke depan.
Nah, yang saya lakukan saat ini dengan mengubah puisi jadi lagu, juga sebagai bentuk dokumentasi. Karena puisi yang dijadikan lagu itu saya dokumentasikan lewat YouTube.
Mengapa lewat youtube? Tentu semua orang tahu, bahwa saat ini hampir setiap hari orang membuka youtube. Dari sekian juta orang pasti akan ada yang nyasar membuka youtube yang berisi “Puisi dalam Lagu”.
Tanpa disadari mereka menyimak puisi yang sudah dipermak jadi lagu. Itu artinya, secara tidak langsung saya mengenalkan banyak puisi lewat youtube.
Atas dasar itulah, saya perlu berbuat sesuatu untuk puisi, agar puisi bisa didengar luas, yang saya kemas lewat “Puisi dalam Lagu”.
Apa yang saya lakukan itu sudah berjalan selama satu tahun lebih, dan telah mendokumentasikan puisi dalam lagu di youtube hingga mencapai lima ratus lebih.
Adapun puisi-puisi yang sudah dijadikan lagu adalah karya para penyair Indonesia, di antaranya karya Rg Bagus Warsono, Wardjito Soeharso. Naim Emel Prahana, Eka Budianta, Eko Tunas, Nanang Ribut Supriyatin, Bambang Widiatmoko, Sukardi Wahyudi, Pulo Lasman Simanjuntak, Hudan S. Chudori, Isbedy Stiawan ZS, Acep Syaril, R. M. Sudarmono, Enthieh Mudakir, Nurhadi eMsA, Ngakan Made Kasih Sidan, Kijoen, Nana Sastrawan, Heru Patria, Wanto Tirta, Khalid Alrasyid, Sartikah, Putri Bungsu, Indri Yuswandari, Puspasari, Sri Wahyu Wardani, Indah Sari, dan lain-lain.
Terima kasih kepada para penyair yang telah menyumbangkan karyanya lewat “Puisi dalam Lagu” sebagai bentuk kepedulian dan apresiasinya. Itu artinya bahwa puisi masih berdenyut, dan bisa dinikmati. Salam puisi!








