Lima Puisi Pilihan Terbaik Karya Emi Suy

Lima Puisi Pilihan

Emi Suy

Alarm Kecil di Hutan Mangrove

lepas dipeluk gigil pagi di pantai indah kapuk
kita bertukar lambaian tangan dan peluk
hingga hari mengelupas dari cangkang
hutan alam mangrove maka pagiku tak lagi abu,
sebab ada renyah tawa yang kutuju

kita berjalan menyusuri sunyi di hutan mangrove
menziarahi tiga labirin kata di pinggiran kota
trip pertama membawa tanda agar sampai di tujuan
tempat ditanamnya pohon-pohon yang akarnya menjaga abrasi

siapakah itu yang membunyikan alarm di tiga titik: di persimpangan, di keramaian dan di keheningan bunyi itu memantul-mantul mencipta gaung dalam jiwa

Bacaan Lainnya

perjalanan selanjutnya menuju menara kayu dalam hutan
melewati tiga tempat rahasia di dalam diri
mari merapal ayat-ayat mengulang-ulang hingga meresap ke lubuk
menjadi pertanda kaki berjejak yang fana biarlah fana
ada hal lain yang bisa abadi lebih panjang dari usia lebih dalam dari sumur waktu

tiba di perjalanan berikutnya kita menyalakan api
redup sekali, melewati lorong dalam diri lalu membakar kata-kata
menghanguskan lembar demi ego belajar pada tanah, air, udara dan kayu

di sana yang kita temui sepanjang setapak
hutan mangrove eksotis alarm meninggalkan ayat
ayat meninggalkan api, apinya nyala kecil di dalam ruang kesadaran

Jakarta, 2024

Romansa Kota Tua

memetik petang di kota tua –berwarna merah saga
jutaan kenang tak pernah lekang rindu aroma tanah basah masa silam

senja yang kupetik tadi, dengan langkah terseok
menuju pulang menyusur tubuh kota
yang kerap kusinggahi tempat memintal kenangan
sepanjang jalan aku kembali menenun rindu
dari tungku-tungku waktu menjadikannya mantel terhangat
untuk dikenakan pada musim hujan

ketika jarak bukanlah titik tempuh terjauh untuk sebuah temu
mari kita bersulang merayakan kenangan di kota tua
dari detik yang terus berjatuhan

2024

Serenade Hujan

di matamu hujan menderas berkali-kali
kenangan menggenang di sudut ingatan
pada jalan yang terjal itu
kautemui kata-kata yang licin
dan hati yang berlubang
butuh berapa doa untuk menutupnya
tidak!
yang bisa menutupnya,
hanyalah kesadaran

2024

Deras Hujan di Zebra Cross

hujan menderas dari matanya. langkah kakinya lesu menuju– zebra cross yang
menyeberangkan sebuah kesedihan sampai ke ujung jalan. ia melambai-lambai mengucap
salam perpisahan. katanya, cukup di sini saja jangan lagi kita berjumpa. kalaulah ada yang
tertinggal, hanyalah jejak dari langkah-langkah kecil. cikal bakal bahagia. sebab sejatinya
kebaikan tak selalu butuh rumah. kebaikan hanya butuh hati yang penuh dan niat utuh.

2024

Memorandum Sebilah Pisau

sebilah pisau di dalam mulut
itu waktu
sekerat kebencian
ia lukis di segala penjuru
ke sana ke mari berusaha
menancapkan kata-kata
yang setiap menit
yang membuncah
kau runcingkan
dengan lidah dan liurmu

katamu, ia penyair tahu goreng
yang digoreng dadakan!
entah kau menambahi dengan kata
dijual lima ratusan atau tidak
tak ada yang peduli

tapi,
ketahuilah—di sini kau sudah menghina
pedagang tahu bulat keliling
dan kau ingin merobohkan
menumbangkan dia
dengan mulutmu

mungkin tak semudah itu

pepatah telah mewakili cuaca
di segala zaman
jangan tumbang
hanya karena
ganasnya mulut seseorang.

2024

Biodata :

Emi Suy — nama pena Emi Suyanti — lahir di Magetan, Jawa Timur, Februari 1979, adalah penyair yang juga aktivis kemanusiaan dan lingkungan hidup, Buku kumpulan puisi tunggalnya: Tirakat Padam Api (2011), serta trilogi Sunyi, yakni: Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018), dan Api Sunyi (2020) serta Ibu Menanak Nasi Hingga Matang Usia Kami (2022). 

(**/Lasman Simanjuntak)

Pos terkait