Kita semua—tanpa keajaiban—merambah realitas dimulai dengan belum bisa membaca sehingga memerlukan perantara orang (yang lebih) tua untuk membacakannya.
Oleh karena itu saya pribadi gembira menyambut semangat para penulis yang menyampaikan kisah dengan muatan pendidikan dan moral meskipun belum tepat. Kami harus maklum mengingat program ini tidak diawali dengan pelatihan atau lokakarya (workshop).
Pendidikan Dasar
Anak-anak masih suka bermain dengan rasa ingin tahu tinggi, bahkan kadang-kadang berani melakukan tindakan yang mengandung risiko tanpa pembekalan.
Anak-anak tidak tahan membaca lebih dari sepuluh menit dengan perhatian yang sama. Tidak semua anak memahami metafora, simbolisme, diksi abstrak (kata “nakal” menurut saya tidak konkret karena definisi dan tafsirnya bermacam-macam).
Anak-anak akan bingung dan tidak paham bila disuguhi problem orang dewasa. Dan seterusnya.
Kembali lagi, saya sangat menghargai tulisan yang datang menghampiri redaksi. Mengingat tugas kami ada dua, kurasi dan penyuntingan, maka satu unsur ditoleransi. Pemilihan atau seleksi naskah dilonggarkan,
“Kami mengutamakan niat dan semangat para penulis untuk memberikan sumbangsih bagi anak-anak. Konsekuensinya adalah kami bekerja keras dalam penyuntingan. Naskah yang panjang kami ringkas tanpa mengurangi materi,” kilahnya.
Para penyair yang berupaya menulis prosa untuk anak-anak mengalami gegar kalimat sehingga kami memperbaiki baik struktur maupun tata cara menulis yang benar. Istilah-istilah asing dikurangi, tetapi mempertahankan dialek kedaerahan—demi keinginan mendapatkan keberagaman bahasa/budaya.
Kami berdua juga tidak sesempurna yang diandalkan oleh penggagas dan pengelola komunitas TISI.