JAKARTA – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) berkolaborasi dengan Komisi X DPR menggelar kegiatan Diseminasi Program Kebahasaan dan Kesastraan, Jumat (29/8/2025). Kegiatan yang menghadirkan narasumber Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin dan Legislator Komisi X DPR RI Himmatul Aliyah tersebut diikuti oleh tenaga kependidikan, duta bahasa, media dan komunitas literasi.
Dalam keterangannya Hafidz Muksin menyebutkan kolaborasi Badan Bahasa dengan Komisi X DPR RI sebagai lembaga legislatif memiliki peran strategis untuk meningkatkan keterbukaan informasi publik sebagai bentuk akuntabilitas kinerja program dan anggaran terkait kebahasaan, yang selama ini sudah disusun dan diperjuangkan serta disetujui oleh DPR RI. “Jadi Badan Bahasa menyampaikan program prioritas yang mendukung visi dan komitmen Kemendikdasmen dalam rangka mewujudkaan pendidikan bermutu untuk semua,” ujar Hafidz Muksin.
Adapun 4 program prioritas Badan Bahasa adalah Pengutamaan Penggunaan Bahasa Negara, Literasi Kebahasaan dan Kesastraan, Pelindungan Bahasa dan Sastra Daerah, dan Internasionalisasi Bahasa Indonesia. Ke-4 program prioritas tersebut perlu dukungan dan sinergi dengan legislatif agar program terlaksana lebih nyata.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Badan Bahasa juga menyampaikan khabar menggembirakan bahwa mulai semester ini, Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, membuka program studi Bahasa Indonesia. Sebagai salah satu universitas ternama di dunia, pembukaan prodi Bahasa Indonesia tersebut tentu saja menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia karena bahasa Indonesia akan semakin terdengar dan terlihat di kampus-kampus kelas dunia.
Selain di Mesir, bahasa Indonesia saat ini juga telah menyebar di 57 negara melalui program Penutur Bahasa Asing (BIPA). Program ini menjadi langkah strategis untuk internasionalisasi Bahasa Indonesia. “Sebelumnya bahasa Indonesia juga telah ditetapkan sebagai satu dari 10 bahasa dunia menjadi bahasa resmi Sidang UNESCO,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Legislator Himmatul Aliyah menegaskan program-program. Prioritas Badan Bahasa harus sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo terutama poin ke-4 yakni pembangunan sumber daya manusia. “Badan Bahasa termasuk bagian dari pendidikan karena di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Oleh karena itu program-programnya harus lebih nyata dan aksinya itu harus lebih terlihat,” jelasnya.
Ia mengapresiasi langkah Badan Bahasa yang telah menggandeng semua penggerak bahasa dan literasi untuk berkumpul dalam wadah yang sama guna menguatkan kembali komitmen bersama dalam menguatkan bahasa Indonesia termasuk yang kekinian. Misalnya terkait teknologi digital, di mana saat ini Indonesia tercatat menjadi negara nomer tigaa terbesar di dunia dalam hal akses penduduk terhadap internet. Ini membawa konsekuensi pentingnya meningkatkan kemampuan berliterasi digital.
“Ini harus menjadi gerakan masif di berbagai tingkat pendidikan kita mulai dari tingkat PAUD sampai tingkat atas sehingga literasi digital ini menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari,” lanjutnya.
Himmatul juga menyampaikan rasa keprihatinannya pada budaya baca anak-anak muda sekarang. Mereka sebagian besar cenderung menyukai scroll media sosial dibanding membaca buku. “Karena itu, kita perlu langkah atau program nyata, yang konkret untuk mengalihkan anak-anak ke budaya membaca buku, apalagi budaya membaca buku kita saat ini masih rendah,” tegasnya.
Rendahnya literasi ini salah satu dampaknya adalah mudah termakan berita bohong atau hoaks. Masyarakat memiliki kecenderungan menelan informasi ‘judulnya’ saja tanpa menelaah lebih lanjut dan mencari sumber yang kredibel.
“Ini menjadi tantangan besar kita mengingat jumlah anak muda di Indonesia sangat besar, sekitar 60 persen dari total jumlah penduduk,” tegasnya.
Untuk menarik minat baca buku anak muda, menurutnya, Badan Bahasa harus menciptakan dan memperbanyak sumber-sumber bacaan yang bermutu yang sesuai dengan karakter, jiwa, dan usia anak. Buku-buku yang disusun itu tentu saja harus berdasarkan hasil kajian hasil fokus group discussion yang menghadirkan anak-anak untuk memilah dan memilih buku mana yang menurut mereka itu sesuai dan diminati.