Komponis Ananda Sukarlan : Ekonomi Kreatif Itu Beda dengan Produk Seni

Bahkan musik klasik adalah genre musik yang masih belum bisa tersentuh oleh Artificial Intelligence, sehingga masa depan musikus klasik sekarang justru jauh lebih menjanjikan daripada profesi lain yang bisa digantikan oleh AI.

Musik klasik justru dinilai dari inovasinya dan kompleksitas pengembangannya, beda dengan misalnya musik Taylor Swift yang progresi harmoniknya itu-itu saja dan mengandalkan faktor eksternal seperti joget, efek visual dan tatanan panggung.

Indonesia juga kini memiliki musikus-musikus muda yang memang belum bisa tinggal di Indonesia (seperti saya sampai 2017 yang harus “cari makan” dari profesi saya dan juga untuk bisa pensiun).

Memang sih Indonesia lahannya belum bisa untuk seniman menghidupi diri sendiri murni dari berkesenian. Ada Isyana Sarasvati yang kuliah musik klasik, tapi kini menjadi musikus pop yang berkualitas. Kita ada pianis Calvin Abdiel Tambunan yang baru saja memenangkan juara ke-3 Sydney International Piano Competition, salah satu kompetisi paling bergengsi di dunia, dan Calvin memang tidak berniat balik ke Indonesia untuk sementara waktu ini, sama seperti pianis Anthony Hartono dan soprano Alice Cahya Putri yang kini tinggal di Singapura. Saya juga tidak menganjurkan mereka untuk pulang ke Indonesia karena mereka akan bisa lebih berkarya lebih produktif di luar negeri.
Kalau soal disabilitas saya sudah jelaskan di point pertama di atas, ya.

LS : Apa masukkan musik klasik Indonesia untuk Kementerian Kebudayaan cw Menteri Fadli Zon ?

Bacaan Lainnya

Jangan sampai rancu antara ekonomi kreatif dan seni / budaya. Ekonomi kreatif (EK) itu melibatkan semua yang komersial dan menghasilkan uang secara langsung, biasanya berhubungan dengan hiburan. EK melayani selera pasar, seperti musik pop / dangdut, lukisan dekoratif dan novel / cerpen yang “enak dibaca”.

Jadi kalau EK itu ibarat toko, seni dan budaya itu ibaratnya etalase dari toko tersebut. Kita kan tidak jualan barang-barang di etalase, tapi etalase itu mengundang konsumen untuk memasuki toko, merepresentasi apa yang ada di toko tersebut.

Pos terkait