JAKARTA – Medistra Hospital resmi memperkenalkan program Stroke Ready Hospital, sebuah inisiatif layanan terpadu untuk memastikan pasien dengan gejala stroke mendapat penanganan medis yang cepat, tepat, dan komprehensif. Program ini kata Dr. Adhitya Wardhana, MARS, Direktur Medistra Hospital tidak hanya melibatkan tim medis yang terlatih dan siaga 24 jam, tetapi juga fasilitas yang lengkap untuk penanganan cepat dan tepat.
“Medistra Hospital adalah rumah sakit yang siap memberikan perawatan terbaik, dengan tim medis yang berkompeten dan berpengalaman dalam menangani kasus-kasus stroke,” ujar Dr. Adhitya di sela Talkshow Know the Signs of Stroke -BE FAST yang digelar Rabu (24/9/2025).
Stroke lanjut Dr Adhitya merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dan menjadi penyebab utama kecacatan jangka panjang di Indonesia. Data WHO menunjukkan bahwa setiap 6 detik, satu orang di dunia meninggal akibat stroke. Di Indonesia, kasus stroke kian meningkat, terutama di perkotaan dengan gaya hidup yang penuh tekanan.
Ia mengingatkan penanganan stroke dikenal sangat bergantung pada waktu. Ada istilah golden period, yakni 3 sampai 4,5 jam pertama sejak gejala muncul. Bila pasien mendapatkan penanganan dalam waktu ini, peluang pemulihan mendekati kondisi semula sangat tinggi. Namun bila terlambat, kerusakan otak bisa menjadi permanen.
Program Stroke Ready Hospital memiliki beberapa kelebihan diantaranya alur yang cepat (fast track), di mana pasien stroke ditangani lebih dulu, tanpa menunggu prosedur administrasi panjang; tim multidisiplin, yang artinya dokter spesialis saraf, radiologi, rehabilitasi medis, serta perawat terlatih selalu siap siaga; teknologi medis di mana Stroke Ready Hospital memiliki fasilitas CT Scan tersedia 24 jam untuk mempercepat diagnosis dan terapi trombolisis, yakni terapi obat penghancur bekuan darah yang hanya efektif diberikan dalam golden period.
Program ini jelas Dr. Adhitya dihadirkan sebagai bentuk komitmen rumah sakit dalam menyelamatkan nyawa pasien stroke sekaligus menurunkan angka kecacatan.
Komitmen Medistra Hospital
Selain penanganan darurat, Medistra Hospital juga menyediakan layanan rehabilitasi pasca-stroke untuk membantu pasien yang datang terlambat atau mengalami sisa gejala agar tetap dapat hidup mandiri.
Rehabilitasi pasca stroke ini menjadi salah satu kunci penting untuk membuat pasien bisa hidup mandiri. Dr. Manfaluthy Hakim, SpS(K), salah satu narasumber dalam talk show, mengatakan tidak semua pasien bisa kembali normal sepenuhnya pasca serangan stroke apalagi jika penanganan terlambat. “Namun dengan terapi yang tepat, banyak pasien yang tetap dapat kembali beraktivitas secara produktif,” jelasnya.
Senada juga disampaikan dr. Ika Yulieta Sihombing Sp.N, spesialis saraf RS Medistra, salah satu narasumber talkshow. Menurutnya bila pasien datang dalam golden period dan ditangani dengan trombolisis, kemungkinan untuk kembali ke kondisi semula bisa sangat tinggi. Bahkan ada pasien yang bisa pulih tanpa gejala sisa. Namun, bila terlambat, hasilnya tidak akan seoptimal itu.
“Bila golden period terlewati, kerusakan otak sudah terjadi. Namun fisioterapi, terapi wicara, dan rehabilitasi lain tetap sangat penting. Tujuannya bukan menyembuhkan sepenuhnya, tetapi memaksimalkan fungsi yang tersisa agar pasien bisa lebih mandiri,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa gejala stroke tidak selalu berupa kelemahan anggota gerak atau bicara pelo. Gejala stroke juga bisa berupa pandangan kabur, pusing berputar, atau kehilangan keseimbangan mendadak. Karena itu, masyarakat perlu mengenali tanda-tanda FAST (Face drooping, Arm weakness, Speech difficulty, Time to call emergency).
Meski terapi trombolisis penting, namun terapi ini hanya efektif diberikan dalam 3 sampai 4,5 jam pertama serangan stroke. “Jika sudah lebih dari periode tersebut, jaringan otak sudah mengalami kerusakan permanen dan obat trombolisis menjadi tidak bermanfaat,” kata dr. Rimawati Tedjasukmana, Sp.S, RPSGT, dokter spesialis saraf RS Medistra.
Selain gaya hidup modern, hal lain yang meningkatkan risiko stroke adalah stress tinggi, kurang tidur, konsumsi makanan tinggi lemak/gula/garam, kurang olahraga, serta merokok. Dengan perubahan gaya hidup lebih sehat, risiko stroke dapat ditekan.