JAKARTA– Sampai saat ini Kementerian Sosial
belum memiliki data jumlah disabilitas di seluruh Indonesia, sehingga belum bisa diterbitkan kartu penyandang disabilitas karena masih diproses Kementerian Keuangan.
Hal ini diungkapkan oleh Indra Gunawan yang mewakili Direktur Rehabilitasi Sosial.Penyandang Disabilitas (RSPD) Kementerian Sosial dalam acara Talk Show (diskusi) dan Pentas Seni Anak Disabilitas dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2025 berlangsung di Gedung Cawang Kencana, Kementerian Sosial di Jakarta, Rabu (29/10/2025).
Ikut hadir dalam Talk Show tersebut Nadia Emmanuella Gideon, Psikolog dan Founder & Managing Director Jakarta Child Development Center (JCDC), Istudiyanti Priatmi, SE, MH, Ketua Pengurus dan Founder ABK UMKM Tangsel, dan moderator Rita Sri Hastuti (mantan wartawati Majalah Tempo).
Menurut Indra Gunawan data sementara menyebutkan ada sekitar 15 juta penyandang disabilitas.
” Namun Kementerian Sosial masih terus melakukan pengecekan betul tidak data ini.Sebab petugas BPS hanya mendata sampai tingkat RT dan RW, masih diragukan apakah data ini sudah akurat.Seharusnya yang benar petugas BPS mendata keluarga penyandang disabilitas dari rumah ke rumah atau door to door bukan ke RT atau RW ,” tegasnya.
Semangat Persatuan Generasi Muda
Sementara itu dalam press rilis yang disampaikan Yapena (Yayasan Pengawal Etika Nusantara ) -selaku penyelenggara acara tersebut- di Jakarta, Rabu (29/10/2025) menyebutkan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, Selasa, 28 Oktober 2025
menjadi momentum bagi Yapena (Yayasan Pengawal Etika Nusantara) untuk menggaungkan kembali semangat persatuan dan integritas di kalangan generasi muda.
Mengusung tema “Membangun Generasi Muda yang Tangguh dan Berintegritas dengan
Semangat Sumpah Pemuda untuk Indonesia Emas 2045”, Yapena menyerukan
kepada seluruh pemuda-pemudi di Tanah Air untuk menjadi agen perubahan yang kokoh
karakternya dan luhur budinya.
Founder Yepena Sri Rastiti Merdeka Wati (mantan wartawati senior Tempo)
menyatakan bahwa tantangan ke depan, terutama dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045, membutuhkan lebih dari sekadar kecerdasan.
“Sumpah Pemuda 1928 adalah monumen sejarah yang mengajarkan kita tentang arti
persatuan di atas segala perbedaan. Kini, di tengah disrupsi teknologi dan kompleksitas
global, semangat tersebut harus kita lengkapi dengan ketangguhan mental dan integritas
moral. Generasi muda adalah pewaris cita-cita bangsa, dan hanya dengan integritas yang
kuat kita dapat mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang adil, makmur, dan berdaulat,” ujar
Titik.
Fokus pada Ketangguhan dan Integritas
Yapena menyoroti dua pilar utama yang harus dimiliki oleh pemuda Indonesia:
ketangguhan (resiliensi).
Kemampuan untuk bangkit dari kegagalan, beradaptasi dengan perubahan, dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan, termasuk isu lingkungan, ekonomi, dan sosial.
“Konsistensi antara perkataan dan perbuatan, menjunjung
tinggi kejujuran, anti-korupsi, dan bertanggung jawab atas setiap keputusan,” pungkasnya.(Las)








