Prof.Dr.Wahyu Wibowo, Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional : Dalam Proses Kreatif, Karya Puisi Pulo Lasman Simanjuntak Cenderung Bergulat Dalam Sepinya

lama engkau sodorkan sumur-sumur subur
menggairahkan cuaca yang surut
dalam permainan kata
permainan makna

di depan pintu gerbang itu
sepiku terperosok
ke dalam selokan

kurenangi tangis
sungai keruh
bulan menganga
bintang-bintang terjaga

di pintu halaman rumahmu
aku berlari kencang
membawa salib
jati diri
tak bertemu
jarak tegak

berkilometer tangisan sudah kusentuh
ratusan perjudian liar
sudah kukunyah
sampai kenyang
dari hotel berbintang tiga
turun lagi ke jagad sejati

Bacaan Lainnya

sepucuk surat genap
melenyapkan angan debat yang purba

Jakarta , Juli 1997

RUMAH MUNGIL TANAH MERDEKA

rumah mungil tanah merdeka
di sini puisiku bernyanyi
bersama santi
berwajah matahari
disodorkan busana
warna putih

masa kanak-kanak
lalu memanjang
membentur pohon rambutan

porselen antik
jadi perhiasan mati
hanya wajah Yesus
ada di jantung kami

sehingga apa saja
tergenang dalam sejarah
dalam rumah tua
boneka panda di kursi, patung porselen, kelinci putih menggelinding dari matahari tuli

nikmat kami menghitung hari-hari
tak pernah tertulis
dalam almanak

lalu kami menembus hujan lebat
sore hari
mengumpulkan sunyi seperti bakteri

cinta birahi liar
jadi penyakit kelamin
lelaki insomnia
setengah hati

Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022

TUNTAS

duka siapa mau menyergap
di rimba kamarmu
sejarah berterbangan
tak pernah bercumbu
dengan matahari pagi
hanya sepotong roti tua
disuguhkan pria perkasa

bersenjatakan roh ketakutan
digelar di meja judi
tertangkap angin jahat
pada tiap dinihari

kini kita saling menjaga jarak
ruang dan waktu
tak pernah lagi saling bertemu

kadang kita melepas rindu
menulis berita online
tentang kapal digital, samudera raya
air laut yang merembes
sampai ke penjara di benua orang-orang mabuk kekayaan

sekarang tersisa
hanya doa berdarah saudara- bersaudara

sejam masa kanak-kanak
rasa sesal mengapa dulu kita tak lagi rajin berenang di sungai membusuk
depan rumah

ataukah menghitung
sejumlah perkawinan retak
mulai dari pewarta muda
pujangga teler sampai perwira mualim
yang sempat terjebak
mengurai kesepian di rumah kelam

Pos terkait